Rabu, 28 November 2012

KELAHIRAN HA-NA-CA-RA-KA


Secara garis besar, ada dua konsepsi tentang kelahiran ha-na-ca-ra-ka. Dua konsepsi itu masing-masing mempunyai dasar pandang yang berbeda. Konsepsi yang pertama berdasarkan pandang pada pemikiran tradisional, dari cerita mulut ke mulut sehingga disebut konsepsi secara tradisional. Konsepsi yang kedua berdasar pandang pada pemikiran ilmiah sehingga disebut konsepsi secara ilmiah.

Konsepsi secara tradisional.

Konsepsi secara tradisional mendasarkan pada anggapan bahwa kelahiran ha-na-ca-ra-ka berkaitan erat dengan legenda Aji Saka. Legenda itu tersebar dari mulut ke mulut yang kemudian didokumentasikan secara tertulis dalam bentuk cerita. Cerita itu ada yang masih berbentuk manuskrip dan ada yang sudah dicetak. Cerita yang masih berbentuk manuskrip, misalnya Serat Momana, Serat Aji Saka, Babad Aji Saka dan Tahun Saka lan Aksara Jawa. Cerita yang sudah dicetak misalnya Kutipan Serat Aji Saka dalam Punika Pepetikan saking Serat Djawi ingkang Tanpa Sekar ( Kats 1939 ) Lajang Hanatjaraka ( Dharmabrata 1949 dan Manikmaya ( Panambangan 1981 )

Dalam manuskrip Serat Aji Saka ( Anonim ) dan kutipan Serat Aji Saka ( Kats 1939 ) misalnya diceritakan bahwa Sembada dan Dora ditinggalkan di Pulau Majeti oleh Aji Saka untuk menjaga keris pusaka dan sejumlah perhiasan. Mereka dipesan agar tidak menyerahkan barang-barang itu kepada orang lain, kecuali Aji Saka sendiri yang mengambilnya. Aji Saka tiba di Medangkamulan, lalu bertahta di negeri itu. Kemudian negari itu termasyhur sampai dimana-mana. Kabar kemasyhuran Medangkamulan terdengar oleh Dora sehingga tanpa sepengatahuan Sembada ia pergi ke Medangkamulan. Di hadapan Aji Saka, Dora melaporkan bahwa Sembada tidak mau ikut, Dora lalu dititahkan untuk menjemput Sembada. Jika Sembada tidak mau, keris dan perhiasan yang ditinggalkan agar dibawa ke Medangkamulan. Namun Sembada bersikukuh menolak ajakan Dora dan memperhatankan barang-barang yang diamanatkan Aji Saka.

Akibatnya, terjadilah perkelahian antara keduanya, oleh karena seimbang kesaktiannya meraka mati bersama. Ketika mendapatkan kematian Sembada dan Dora dari Duga dan Prayoga yang diutus ke Majeti, Aji Saka menyadari atas kekhilafannya. Sehubungan dengan itu, ia menciptakan sastra dua puluh yang dalam Manikmaya, Serat Aji Saka dan Serat Momana disebut sastra sarimbangan. Sastra Sarimbangan itu terdiri atas empat warga yang masing-masing mencakupi lima sastra, yakni :

1. Ha-na-ca-ra-ka                                            2. Da-ta-sa-wa-la

3. Pa-dha-ja-ya-nya                                         4. Ma-ga-ba-tha-nga

Sastra Sarimbangan itu, antara lain terdapat dalam manuskrip Serat Aji Saka, pupuh VII- Dhandhanggula bait 26 dan 27 sebagai berikut :

Dora goroh ture werdineki                              Dora bohong ucapannya yakin
Sembada temen tuhu perentah                        Sembada jujur patuh perintah
Sun kabranang nepsu ture                               Ku emosi marah ucapannya
Cidra si Dora iku                                             Ingkar si Dora itu
Nulya Prabu Jaka angganggit                         Lalu Prabu Jaka Menganggit
Anggit pinurwa warna                                    Anggit dibuat macam
Sastra kalih puluh                                            Sastra dua puluh
Kinarya warga lelima                                      Dibuat warga lelima
Wit Ha-na-ca-ra-ka sak warganeki                  Dari Ha-na-ca-ra-ka itu sewarganya
Pindho Da-ta-sa-wala                                     Dua Da-ta-sa-wala
Yeku sawarga ping tiganeki                            Yaitu sewarga ketiganya
Pa-dha-ja-ya-nya ku suwarganya                    Pa-dha-ja-ya-nya sewargane
Ma-ga-ba-tha-nga ping pate                            Ma-ga-ba-tha-nga keempatnya
Iku sawarganipun                                            itulah sewarganya
Anglelima sawarganeki                                   Lima-lima satu warganya
Ran sastra sarimbangan                                   Nama sastra sarimbangan
Iku milanipun                                                  Itulah sebabnya
Awit ana sastra Jawa                                      Mulai ada hufur Jawa
Wit sinungan sandhangan sawiji-wiji             Mulai diberi harakat satu per satu
 Weneh-weneh ungelnya                                 Macam-macam lafalnya

Teks diatas mirip teks yang terdapat dalam Manikmaya jilid II (Panambangan 1981 : 385) kemudian untuk memberikan kesan yang menarik lagi bagi anak-anak yang sedang belajar aksara ha-na-ca-ra-ka, dalam Lajang Hanatkaraka jilid I dan II ( Dharmabrata, 1948:10-11 : 1949:65-66 ) dihiasi dengan gambar kisah Dora dan Sembada. Hiasan yang menggambarkan kisah kedua tokoh itu menandai lahirnya ha-na-ca-ra-ka.

Tidak dapat dipungkiri bahwa legenda Aji Saka hingga beberapa generasi mengilhami dan bahkan mengakar dalam alam pikiran masyarakat Jawa. Dikatakan oleh Suryadi ( 1995 : 74-75 ) bahwa mitologi Aji Saka masih mengisi alam pikiran abstraksi generasi muda etnik Jawa yang kini berusia tiga puluh tahun keatas. Fakta pemikiran tersebut menjadi bagian dari kerangka refleksi ketika mereka menjawab perihal asal-usul huruf Jawa yang berjumlah dua puluh.

Selain Aji Saka sebagai tokoh fiktif, nama kerajaannya yakni Medangkulan masih merupakan misteri karena secara historik sulit dibuktikan. Ketidakterikatan itu sering menimbulkan praduga dan persepsi yang bermacam-macam. Misalnya praduga yang muncul dari Daldjoeni ( 1984 : 147-148 ) yang kemudian diacu oleh Suryadi ( 1995 : 79 ) bahwa kerajaan Medangkamulan berlokasi di Blora, sezaman dengan kerajaan Prabu Baka di ( sebelah selatan ) Prambanan, yakni sekitar abad IX. Berdasarkan praduga itu, aksara Jawa ( ha-na-ca-ra-ka ) diciptakan pada sekitar abad tersebut.

Praduga Daldjoeni tentang lokasi Medangkamulan memang sesuai dengan keterangan dalam sebuah teks lontar ( Brandes, 1889a : 382-383 ) bahwa Medangkamulan terletak di sebelah timur Demak, seperti berikut :
Mangka wonten ratu saking bumi tulen, arane Prabu Kacihawas. Punika wiwitaning ratu tulen mangka jumeneng ing lurah Medangkamulan, sawetaning Demak, sakiduling warung. Demikianlah ada raja dari tanah tulen, namanya Prabu Kacihawas. Itulah permulaan raja tulen ketika bertahta di lembah Medangkamulan, sebelah timur Demak sebelah selatan warung. Akan tetapi , penanda tahun kelahiran ha-na-ca-ra-ka diatas berbeda dengan yang terdapat dalam Serat Momana. Dalam Serat Momana disebutkan bahwa ha-na-ca-ra-ka diciptakan oleh Aji Saka yang bergelar Prabu Girimurti pada tahun ( saka ) 1003 ( Subalidata 1994 : 3 ) atau tahun 1081 Masehi. Tahun 1003 itu dekat dengan tahun bertahtanya Aji Saka di Medangkamulan, yakni tahun 1002 yang disebutkan dalam The History of Java jilid II ( Raffles  1982 : 80 ) pada halaman yang sama dalam The History of Java itu disebutkan pula bahwa Prabu Baka bertahta di Brambanan antara tahun 900 dan 902, yakni seratus tahun sebelum Aji saka bertahta.

Sementara itu, dalam Manikmaya ( salinan Panambangan, 1981 : 295 ) disebutkan bahwa Aji Saka - dengan sebutan Abu Saka mengembara ke tanah Arab. Di negeri itu ia bersahabat dengan Nabi Muhammad ( yang hidup pada akhir abad VI - pertengahan abad VII ). Setelah pergi ke pulau Jawa, dengan sebutan Aji Saka akbibat berselisih paham dengan Nabi Muhammad ( Graff 1989 : 9 ) ia menciptakan aksara ha-na-ca-ra-ka. Penciptaan aksara itu diperkirakan pada sekitar abad VII ( sesuai dengan masa kehidupan Nabi Muhammad ) karena di dalam teks tidak disebutkan secara eksplisit. Warsito ( dalam Ciptoprawiro, 1991 : 46 ) dalam telaah Serat Sastra Gendhing berpendanpat bahwa syair ha-na-ca-ra-ka diciptakan oleh Jnanbhadra atau Semar. Dengan demkian, saat kelahiran ha-na-ca-ra-ka sulit ditentukan karena Semar merupakan tokoh fiktif dalam pewayangan. Pendapat lain dikemukan oleh Hadi Soetrisno ( 1941 ). Dalam bukunya yang berjudul Serat Sastra Hendra Prawata dikemukan bahwa aksara Jawa diciptakan oleh Sang Hyang Nur Cahya yang bertahta di negeri Dewani, wilayah jajahan Arab yang juga menguasai tanah Jawa. Sang Hyang Nur Cahya adalah putra Sang Hyang Sita atau Kanjeng Nabi Sis ( Hadi Soetrisno, 1941 : 6 ). Disamping aksara Jawa, Sang Hyang Nur Cahya juga menciptakan aksara Latin, Arab, Cina dan aksara-aksara yang lain. Seluruh aksara itu disebut Sastra Hendra Prawata ( Hadi Soetrisno, 1941 : 3 - 6 ) Di kemukakan pula bahwa berdasarkan bentuknya, aksara Jawa merupakan tiruan dari aksara Arab, mula-mula aksara itu berupa goresan-goresan yang mendekati bentuk persegi atau lonjong, lalu makin lama makin berkembang hingga terbentuklah aksara yang ada sekarang ( Hadi Soetrisno 1941 : 10 ). Lebih lanjut dijelaskan bahwa Aji Saka yang dianggap sebagai pencipta aksara Jawa itu sebenarnya bukan penciptanya, melainkan sebagai pembangun dan penyempurna aksara tersebut sehingga terciptalah bentuk aksara dan susunan atau carakan ( ha-na-ca-ra-ka  dan seterusnya ) seperti sekarang ini ( Hadi Soetrisno, 1941 : 7 ). Terciptanya bentuk aksara dan carakan itu melibatkan kedua abdinya, Dora dan Sembada yang menemui ajalnya secara tragis.

Selian yang telah diuraikan di atas, ada dugaan bahwa kisah tragis Dora dan Sembada dalam legenda Aji Saka merupakan simbol perang saudara untuk memperebutkan tahta Majapahit. Perebutan ia mengakibatkan hancurnya kedua belah pihak, menjadi bangkai dengan ungkapan ma-ga-ba-tha-nga. Tentu saja kisah simbolik yang melahirkan aksara ha-na-ca-ra-ka itu muncul setelah hancurnya kerajaan Majapahit, antara abad XVI dan XVII ( Atmodjo, 1994 : 26 ) Dugaan lain adalah bahwa peristiwa tragis yang menimpa Dora dan Sembada merupakan simbol gerakan milenarianisme, yakni gerakan yang mengharapkan datangnya pembebasan atau ratu adil, dengan ungkapan ha-na-ca-ra-ka ( Atmojo, 1994 : 26 ). Namun kapan datangnya pembebasan dan siapa yang dimaksud dengan ratu adil, apakah Raden Patah yang berhasil naik tahta setelah Majapahit runtuh atau Sutawijaya yang mampu menyelamatkan negeri ( Pajang ) dari rongrongan Arya Penangsang ataukah tokoh lain, masih merupakan tanda tanya yang sulit untuk memperoleh jawaban secara ilmiah atau nalar.

Praduga-praduga di atas mencerminkan keragaman pendapat, keragaman itu sulit dapat timbul dari persepsi yang berbeda-beda sehingga sulit untuk menentukan persamaan waktu atas kelahiran ha-na-ca-ra-ka. Kesulitan itu dapat disebabkan oleh sifat legenda yang fiktif sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan antara sumber yang satu dan sumber yang lain, sesuai dengan kehendak pengarang atau penulis masing-masing. Perbedaan praduga pertama ( Daldjoeni ) dengan praduga kedua ( dalam Serat Momana ) dan praduga ketiga ( dalam The History of Java ) misalnya terletakpada selisih waktu dua abad, sedangkan praduga kedua dengan praduga ketiga hanya mempunyai selisih satu tahun. Perbedaaan ketiga praduga tersebut akan lebih beragam jika menyertakan perkiraan hidup Aji Saka dalam Manikmaya, pendapat Warsito dan Hadi Soetrisno serta kisah-kisah simbolik di atas. Selain itu masih terbuka kemungkinan yang dapat menimbulkan perbedaan yang berasal dari teks-teks lain yang belum sempat diungkapkan di sini, termasuk misteri pencipta aksara tersebut.

Konsepsi secara Ilmiah

Kelahiran pada perkembangan aksara Jawa erat hubungannya dengan kelahiran dan perkembangan bahasa Jawa. Secara alami, mula-mula bahasa Jawa lahir sebagai alat komunikasi lisan pemakainya. Bahasa Jawa yang dilisankan itu, seperti bahasa ragam lisan pada umumnya, terikat oleh waktu dan tempat ( lihat Molen, 1985 : 3 ) untuk melepaskan diri dari keterikatannya, sesuai dengan pola pikir pemakainya dan sejalan dengan tantangan zaman akibat pengaruh lingkungan serta perkembangan ilmu dan teknologi, sarana yang nyata dan kekal, berupa aksara diciptakan. Aksara yang dipakai etnik Jawa muncul pertama kali setelah orang-orang India datang ke pulau Jawa. Diperkirakan bahwa sebelum itu etnik Jawa belum mempunyai aksara ( Poerbatjaraka, 1952 : vii ) sehingga masih berlaku tradisi kelisanan. Dengan munculnya aksara, mulailah tradisi keberaksaraan untuk menciptakan bahasa ragam tulis, meskipun tradisi kelisanan tetap berlangsung. Hasil teknologi baru yang berupa tulisan memang memainkan peranan yangamat penting dalam sejarah manusia, dalam kehidupan sehari-hari di bidang ilmu pengetahuan, politik dan sebagainya. Ada perbedaan mendasar antara peradaban yang tanpa tulisan dan peradaban yang mempunyai tulisan ( Molen, 1985 : 3 ) peradaban yang mempunyai tulisan setidaknya mempunyai kelebihan setingkat lebih maju daridapa peradaban tanpa tulisan.

Dalam sejarah peradaban etnik Jawa, atas dasar data arkeologis, tulisan tertua yang ditemukan dalam bentuk prasasti dengan menggunakan aksara Pallawa menunjukkan penanda waktu sebelum tahun 700 Masehi ( Casparis, 1975 : 29 ) jauh sesudah bahasa Jawa yang tertua dugunakan secara lisan. Setelah ditemukan beberapa prasasti yang lain, secara berangsur-angsur dilakukan studi paleografi. Dari beberapa prasasti yang dijadikan bahan studi, diperoleh hasil deskripsi yang menggembirakan ( lihat Molen 1985 : 4 ). Namun hingga kini masih sedikit jumlah karya tulis yang membicarakan paleografi Jawa. Karya tulis tentang paleografi Jawa baru dimulai pada awal abad XIX, seperti yang dilakukan oleh Raffles ( 1871 ) Stuart ( 1863 ) dan Keyzer ( 1863 ). Hanya sayang bahwa contoh aksara yang ditampilkan menurut Stuart ( 1864 : 169 - 173 ) lihat Molen, 1985 : 4 ) bukan jiplakan yang asli, melainkan aksara Jawa baru yang dituliskan dengan bentuk dan gaya aksara Jawa kuna, contohnya : dibawah ini dikutipkan dari The History of Java Jilid I, karya Raffles ( 1982 : 370 )  

Ada juga Ajaran filsafat hidup berdasarkan aksara Jawa yang sebagai berikut :

Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada " utusan " yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia ( sebagai ciptaan )

Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data " saatnya ( dipanggil ) " tidak boleh sawala " mengelak " manusia ( dengan segala atributnya ) harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan

Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup ( Khalik ) dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksdunya padha " sama " atau sesuai, jumbuh, cocok " tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu " menang, unggul " sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan " sekedar menang " atau menang tidak sportif.

Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.

Jumat, 15 Juni 2012

SIFAT 20


KETERANGANNYA

Manusia ditakdirkan/diciptakan sempurna karena mempunyai pikiran/akal dan alat perasa serta jasmani, Maka Ulama di zaman dahulu mempunyai pendapat bahwa Allah sebenarnya yang menciptakan, dan sebahagian besar menyebutkan sifat-sifat manusia sendiri adalah panca indra seperti Mata, Hidung, Mulut, Telinga dan Lidah. Beda dengan makhluk lain seperti binatang, walaupun mempunyai alat seperti manusia tetapi tidak lengkap, oleh karena itu hidupnya makhluk-makhluk tadi ikut kodrat masing-masing, bisa melihat, berjalan dan makan tapi tidak punya akal untuk berusaha dan sudah pasti hidupnya kurang lengkap. Berdasarkan keadaan, maka para orang bijak mempunyai pendapat ; bila manusia itu sifatnya lengkap dan tidak bisa berubah artinya Allah itu tidak kekurangan sifat seperti yang diciptakan. Walaupun semua Ulama sudah sampai disatu pendapat, tetap tidak bisa menemukan Allah SWT.
Maka dalam Wirid/pelajaran, Allah itu tidak bisa dijangkau oleh alat apapun bahkan oleh pikiran/perasaan. Jadi para ulama menyebut Dat yang maha agung yang bisa menciptakan Jagad raya.
Selanjutnnya keterangan sifat 20 (dua puluh) begini; Atas nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, terlebih dahulu dikutip dari buku Wirid Hidayat Jati tinggalan Ronggo Warsito;
Sebelum ada apa-apa yang ada hanya Allah yang berada dalam NUKAT GAIB yang diberi nama Qun, yaitu DAT sejati, Nukat artinya bibit, dan Gaib adalah samar/tidak nampak oleh mata yang disebut Nur Muhammad, yaitu Cahaya yang terang sekali tanpa bayangan, yang disebut sifat sejati QUN lalu FAYAQUN. Qun artinya Allah Bersabda (berkata) dan Fayaqun artinya Terjadi semua Afhngal (selamanya). Semua itu menjadi asalnya yang terjadi disebut Anasir Sejati. Jadi Allah memiliki 4 Anasir yaitu Dat, Sifat, Asma dan Afhngal.
Umpama penerimaan salah, pelajaran yang diatas tadi ada kata tempat di Nukat Gaib (benih yang tidak nampak) itu pasti dapat menimbulkan pendapat bahwa Allah itu berada disuatu tempat, karena disebut Layu Kayafu, itu semua salah, Allah tidak bisa disentuh atau dijangkau oleh apa saja, tidak ada yang menyerupai, karena semua itu sifat Baru (yang sudah ada).
Almarhum Kyai Agus Salim pernah berbicara; bahwa dasar agama Islam itu lebih dulu mengetahui nama Allah dan selanjutnya seluruh yang ada (Jagad Raya). Mustahil kalau tidak ada yang menciptakan, karena yang menciptakan wajib adanya (mokal dan wajib). Itu sebabnya manusia hanya menjumpai yang sudah ada dan tetap tidak bisa berubah. Kata mempunyai atau yang terjadi itu dalam bahasa Wirid/Pelajaran yaitu menyatu dan berpisah artinya sama, karena pusatnya itu Allah.
Wirid Hidayat Jati tersebut diatas akan diterangkan hanya soal 4 Anasir saja, oleh sebab itu akan dijumpai dibacaan ke-2. penelitian tentang 4 Anasir menurut catatan pelajaran agama yang tersebut dibawah ini:
1. Dat Allah yang tidak bisa dilihat tetapi mencakup/meliputi seluruh yang diciptakan semua yang dijumpai makhluk. Terbukti Layu Kayafu (tidak bisa diganggu oleh apapun), semua keterangan ada dibelakang. Umpama ada ikhtikat kepercayaan menceritakan manusia dapat / jumpa atau menghadap maju mundur dengan Allah, karena lupa dengan yang disebut Layu Kayafu.
2. Sifat itu sebetulnya perkataan sesudah ada Dat, artinya kekuasaan Dat Allah yang sebenarnya bisa menciptakan apa saja dan mempunyai sifat seluruh yang diciptakan.
Dengan kehendak Allah sifat itu apa yang telah diciptakan, sifat itu berjuta-juta (milyaran) warnanya, seperti yang tertulis dikitab Al-Quran, yang menyebutkan kekuasaan, keagungan dan Daya keperkasaan, umpanya bisa menidurkan, membangunkan,    menangiskan, menghidupkan benih. Oleh karenanya sifat-sifat yang begitu terdapat pada manusia. Para Ulama zaman dahulu kala sama-sama membicarakan satu keputusan bahwa sifat DAT yang wajib adanya itu menguasai manusia yang banyaknya 20+20+1,    maksudnya itu mempunyai sifat 20 yang wajib (tidak berubah-ubah), 20 lagi sifat    Mokal (bisa rusak/berubah) dan yang 1 adalah kuasa (wenang dalam bahasa jawa).    Jika difikir dengan benar bahwa sifat 20 itu menyatu dengan manusia, maka itulah disebut cukup alatnya. Oleh sebab itu manusia diwibawai dengan sifat 20 tadi,    umpamanya melihat, mendengar, hidup, bicara dan lain-lain. Semua sifat-sifat    Allah tersebut disebutkan dibawah ini;
SIFAT 20 ARTINYA    :
1.WUJUD                                    =  ADA
2.QIDAM                                     =  TIDAK  ADA   YG  MENDAHULUI
3.BAQA                                       =  KEKAL
4.MUHALAFADU LIL HAWADISI       =  BEDA    DENGAN   YG  BARU
5.QIYAMUH BINAFSIHI                  =  BERDIRI  SENDIRI
6.WAHDANIYAT                            =  MENYATU
7.QODRAT                                   =  KUASA
8.IRODAT                                    =  KEHENDAK
9.ILMU                                        =  PENGETAHUAN
10.HAYAT                                    =  HIDUP
11.SAMAK                                    =  MENDENGAR
12.BASHAR                                  =  MELIHAT
13.QALAM                                    =  BERKATA
14.QADIRAN                                =  YANG   MEMPUNYAI   KUASA
15.MURIDAN                                =  YANG   MEMPUNYAI   KEHENDAK
16.ALIMAN                                   =  YANG   MEMPUNYAI   ILMU
17.KHAYAN                                  =  YANG   MEMPUNYAI   HIDUP
18.SAMI’AN                                  =  YANG   MEMPUNYAI   PENDENGARAN
19.BASIRAN                                 =  YANG   MEMPUNYAI   PENGLIHATAN
20.MUTAKALIMAN                         =  YANG MEMPUNYAI PERKATAAN
Menurut pelajar Usuluddin bahwa sifat 20 itu diringkas menjadi 4;
1. Sifat kesatu disebut Nafsiah yaitu untuk badan (jasmani) nyata.
2. Sifat kedua sampai keenam disebut Salbiyah, yaitu sifat yang kekal.
3. Sifat Ke-7 sampai Ke-13 disebut Ma’ani, yaitu yang memiliki sifat Nafsiah, jika diteliti bekerjanya badan manusia bisa langsung bicara, mendengar dan berfikir.
4. Sifat ke-14 sampai ke-20 disebut Maknawiyah, yaitu yang memiliki sifat Ma’ani, artinya bisa bergerak, berkuasa, mempunyai kemauan dan ilmu.
Itu semua sifat yang utuh untuk menggerakkan, terdapat pada sifat ke-7 sampai ke-13, yaitu yang menghidupi badan manusia sehingga bisa bergerak dan yang menggerakkan terdapat pada sifat ke-14 sampai ke-20. Supaya jelas Dat Allah bisa menciptakan apa yang dikehendaki, lalu ada bentuk (wujud) manusia yang disebut Nafsiah, Karena hidupnya manusia mempunyai sifat-sifat 20. jadi bekerjanya sifat Ma’ani untuk manusia oleh karena manusia mempunyai sifat-sifat ke-14 dan ke-20. Tanda-tanda bukti (terbukti) sifat Qodrat (kuasa) itu sifatnya tetap berkuasa. Untuk manusia kekuasaan itu hanya memakai akibatnya daya yang memiliki kekuasaan Allah, contoh salah satunya sifat DAT. Umpama sifat ke-18 : (Sami’an) yang mendengarkan itu berada ditelinga, jadi ditelinga bisanya mendengarkan memiliki sifat Samak, dan terjadinya sifat Maknawiyah itu karena mempunyai sifat Ma’ani. Jelasnya Dayanya sifat Samak langsung bisa untuk mengetahui itu sesudah mempunyai sifat Wujud (ujud)/nyata yaitu telinga yang dimiliki manusia. Kalau salah penerimaan, kadang menjadi lupa dan menganggap Allah itu bertempat pada manusia, sebenarnya manusia itu hanya memakai Hakikatnya sifat-sifat Allah. Walaupun tidak berada ditelinga, Allah itu bisa mendengar, oleh karena Allah yang memilki semua sifat tersebut. Maka dari itu membaca Hidayat Jati itu harus dikaji, karena satu-satunya induknya pengetahuan, artinya Hidayat Jati itu tidak salah, tetapi yang membacanya saja harus berfikir. Umpama membaca sifat-sifat yang disebutkan diatas harus diulang-ulang, baru dapat merasa tentram dan terang, baru suasana menjadi merasa terbuka pikirannya, Firman Allah Qur’an surat Ar-Ra’d : 28;
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Dipelajaran semua sifat tadi lalu diulas (dibahas) lagi nama dan perkataan dibawah ini;
a. Sifat ke-1 disebut sifat Jalal, artinya Maha Agung, yang dinamakan agung itu DAT yang menyelimuti/melingkupi apa yang diciptakan.
b. Sifat ke-2, 3, 4, 5 disebut sifat Jamal, artinya Maha Elok/Sempurna, yang sempurna itu sifatnya, sebab tidak ada yang sama (menyerupai). Bukan laki, bukan perempuan, bukan banci, tidak beranak, tidak diperanakan (walam yalid walam yulad walam yakullahukufuan ahad) tidak bisa dijangkau dan tidak nyata.
c. Sifat ke-11, 12, 13 dan sifat ke-18, 19, 20 disebut sifat Kamal, artinya Maha Sempurna dan Afhngal yang menciptakan keadaan tanpa cacat, sebab tidak ada makhluk yang mengherankan.
d. Sifat ke-6, 7, 8, 9, 10 dan ke-14, 15, 16, 17 disebut sifat Kahar, artinya Maha Wisesa (Maha Menguasai), melayani semua tanpa pilih kasih (tidak membeda-bedakan) walaupun Jin, syetan, Manusia, dan Hewan, oleh karena itu Allah disebut Suci, jadi siapa saja yang hidup bisa menyebut Allah dengan caranya masing-masing.
3. Asma/NAMA (julukan) itu hanya kata manusia, hanya untuk menyebut nama Allah wajib adanya, karena manusia berhak menolak dan menerima, hanya terbawa diri sendiri karena bisa bicara (ngomong) mengatakan penguasa tinggi adalah Allah. Yang Maha Kuasa disembah/dipuja dan tidak bisa dilihat (tidak nyata), karena Hakikatnya menyelamatkan umat manusia, lalu menyebutnya macam-macam menurut pengetahuan masing-masing.
Keterangan : satu-satunya orang menyebut Allah ada.
Hidayat jati menerangkan Allah hanya nama pribadinya, pribadi itu bentuk manusia yang lengkap memiliki Datnya Allah. dan Datnya Allah meliputi Jagad Raya.
Firman Allah menyatakan Qur’an surat Fushshilat (Hammim As-Sajdah) : 54
“Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu.”
Karena Dat itu meliputi seluruh yang ada, manusia langsung mengakui bahwa Allah itu meliputi tidak diluar dan tidak didalam, seperti sirih; akar, pohon dan daun baunya sama. Oleh karena umpama Datnya Allah itu seperti rasanya sirih, karena sulit untuk ditebak, dinyatakan “tidak diluar dan tidak didalam”
4. Afhngal (geraknya Allah).
Karena Afhngal (gerak) semua makhluk yang diciptakan apa saja, Atom, seluruh zat gaib; Syetan, Malaikat dan manusia. Semua mengandung zat Allah. Jadi Jagad raya itu tidak pernah berubah (tetap) geraknya.
Bekerjanya Dat itu yang wajib sifatnya; tertib, Tentram, Adil, Suci, tidak membeda-bedakan, benar, tidak pernah berubah kekuasaannya. Umpama mau membuktikan setiap hari; ada orang membuat mainan dari kaleng diberi perputaran (as), minyak bensin dan roda, umpama mainan dibunyikan bisa berjalan, itu kerja yang membuat bisanya jalan barang tadi pasti sudah direncanakan dan memang pintar, kepintaran membuat barang disebut hakikatnya Dat yang membuat. Allah itu maha cerdik, lalu apa yang dikehendaki pasti jadi, pasti bergerak, itu contoh lain bagi tanda saksi bekerjanya (bergeraknya) DAT wajib adanya. Dari zaman dahulu kala jutaan tahun; bumi, matahari, bulan, bintang, udara dan lain-lainnya itu tarik menarik selamanya tanpa berubah, menjadikan daya alam (hukum-hukum alam) yang tertib seperti; siang, malam, panas, dingin tidak pernah berubah, tidak dapat diukur seberapa kekuatan DAT itu. karena sangat tertibnya dan tenang lalu timbul menuju arah satu, tidak cerai berai; terhadap manusia tiap hari tetap saling membutuhkan, contohnya begini;
a. Di hutan ada lebah madu glodok, madu kesukaan manusia dan lebah.
b. Karena madu lebah untuk jamu/obat, karena membutuhkan lalu mencari kehutan.
c. Di Hutan banyak bunga-bunga, itu saling dibutuhkan manusia, lebah, kupu-kupu saling mengisap.
d. Adilnya Yang Maha Kuasa; supaya kupu-kupu tadi selamat dari serbuan lebah dan manusia, sayapnya diciptakan satu warna dengan bunga-bunga tadi agar manusia dan lebah tidak bisa membedakan mana yang bunga dan mana yang kupu-kupu dikarenakan sayap kupu-kupu seperti bunga-bunga yang ada dihutan. Lama-lama manusia berusaha supaya lebah tadi semua berkumpul kerumahnya, lalu dibuatkan rumah-rumahan dari kayu yang dibuat seperti sarangnya, oleh karena itu manusia juga mempunyai kekuasaan mengatur lebah.
Jadi terjadinya manusia sebab dari yang satu (Allah), kalau difikir betul bentuk tentran ya DAT Allah SWT dan menuju yang satu menyebabkan terjadinya benar dan selamat. Apa buktinya bila manusia mempunyai kekuatan dari Allah, kata-kata mempunyai kekuatan bisa ditafsirkan manusia itu sama dengan Allah bagi orang yang salah tafsir (salah pendapat). Yang diatas menyatakan bila Allah itu mempunyai sifat 20 wajib, 20 mokal (sebaliknya) dan sifat berkuasa (Yang Maha Kuasa / Wenang dalam bahasa jawa), kuasa artinya yang menciptakan semua yang ada didunia ini.
1. WUJUD (Ujud) artinya ada (Allah), yang telah menciptakan Jagad Raya atau sebagai tanda saksi Bumi, Langit, Bintang, Matahari, Makhluk-makhluk semua dan Manusia Makhluk sempurna dan DAT yang tidak nampak itu wajib adanya. Keterangan itu orang bisa mengatakan ada (Ujud) karena diciptakan yaitu merupakan jasmani, hanya Cuma pinjam. Karena itu kitab Usuludin mengatakan sifat Ke-1 WUJUD untuk jasmani, itu sebabnya manusia bisa bergerak-gerak, kalau tidak ada berarti mati, sebab mati itu tidak bisa mengatakan (bicara) apa-apa.
2. QIDAM / Dulu tidak ada yang mendahului, maksudnya Allah itu Allah itu tidak ada yang lebih dulu dari padanya. Jadi jika ada sifat yang mendahului itu berarti bukan Allah. Jikalau ada yang mendahului itu pasti bukan Allah (Allah lebih dari satu), Allah 1 dan Allah 2 berebut kekuasaan, jadi manusia mengatakan Allah itu tidak ada.
3. BAQA (Abadi/kekal), maksudnya tidak bisa berubah selamanya. Jagad Raya yang diciptakan tadi tetap ujud tidak pernah berubah (abadi), Allah itu tidak seperti barang. Baru itupun yang mengatakan orang yang hidup. Sifat Allah yang bisa kita rasakan; Abadi itu sifatnya Allah sendiri sifat ke-1 sampai ke-20. Bukti untuk ukuran manusia, lidah tidak bisa merasakan manis/kelat sawo itu bila dimakan (dirasakan). Jadi sawo manis dan kelat bisa dirasakan, tetapi manis dan kelat itu sifatnya (langeng dalam bahasa jawa) kekal walaupun tidak dimakan orang. Kekalnya manusia karena bergerak, kekalnya sawo karena manis. Abadi itu batasnya masih hidup (sebelum mati). Jadi adanya senang, susah, dingin, panas yang memiliki (merasakan) orang hidup. Walaupun orang sudah mati siabadi tetap disebut abadi oleh orang yang masih hidup.
4. MUHALAFAH LIL HAWADIS (beda dengan yang baru), artinya sifat-sifat Allah yang tidak bisa disamakan (diungguli) oleh siapa saja, karena semua itu ciptaannya. Untuk manusia semua beda bentuknya disebut sifat Baru (beda dengan yang baru). Manusia dilahirkan dengan sifat baru, bisa berubah-rubah karena namanya manusia didunia dimanapun beradanya pasti sama, bersuku-suku, mempunyai mata, kaki, telinga dan lain-lain. Walaupun kata-kata beda dengan yang Baru manusia, beda dengan hewan walau sama-sama hidupnya (lembu dan kambing), 10 juta lembu dan kambing ya bentuknya sama semua. Misal Manusia ada 10 juta ya sifatnya sama. Allah SWT itu jika menciptakan makhluk satu dan yang lain berbeda antara Manusia, Binatang, tumbuh-tumbuhan. Maha Bijaksana Allah menciptakan isi Alam ini bisa membeda-bedakan ciptaannya, itulah yang disebut MUHALIFAH LIL HAWADIS (beda dengan yang baru). Didunia banyak makhluk-makhluk yang mengherankan, semuanya berbeda-beda; Manusia, Lembu, Kambing, Lebah semuanya barang baru, beda dengan yang baru lagi. Semua tadi membuktikan (saksi) Allah menciptakan makhluknya menurut kehendaknya.
5. QIYAMUH BINAFSIHI (berdiri sendiri), artinya tidur nyeyak bangun sendiri, benih timbul sendiri dan Matahari, Bulan, Bintang, Siang, Malam bergerak sendiri tidak pernah berubah-ubah. Jadi yang bergerak itu mempunyai sifat Qiyamuhu Binafsihi, contoh lain Atom, Neutron, Positron, Elektron semua itu bisa (Makarti dalam bahasa jawa) atau bergerak karena mempunyai sifat berdiri dengan sendiri otomatis. Ilmu Kesehatan Plasma darah tetap jalan sendiri, sebab kena daya panas, umpama plasma itu bisa dipecah-pecah sampai halus walaupun tidak kena/tersentuh panas jika menempel ketubuh masih bisa berjalan sendiri. Semua ilmuwan mengakui bahwa Plasma-plasma itu hidup. Contoh lagi yang membuktikan memakai mikroskop ukuran 10,000 disitu terbukti Plasma tersebut bisa berjalan/bergerak-gerak (6 mm/jam). Ternyata habisnya pendapat tentang Allah yang menggerakkan makhluknya.
6. WAHDA NIYAT (satu), artinya tunggal, sifat itu mudah diterima karena bukan dua atau tiga, artinya satu itu meyakinkan bahwa adanya Allah. Untuk manusia adalah DAT, karena manusia asal dari DAT (zat) yang satu itu. Semua tujuannya benar, karena Dat Allah itu satu (Wahda niyat) yang memiliki sifat 20.
7. QODRAT (kuasa), keterangan itu begini; orang duduk dikursi akan berdiri dan langsung berdiri karena mempunyai sifat Qudrat /kuasa, sanggup memerintah dirinya. Qudrat air (kuasa air) tidak bisa memerintah, hanya mengalir ketempat yang lebih rendah dan merata (waterpass), bisa dilihat dari daya alam surya, panas, udara dingin menghembus, air (hydrogen) atom plus/minus bisa jadi elektrik. Yang Kuasa langsung membuat hukum-hukum alam yang teratur tidak bisa mengalami benturan. Qudrat itu diberikan kepada manusia tinggal pakai. Perkataan Qudrat jauh sekali, maka alat-alat manusia; Panca indra, pikiran dan nafsu itu dikodratkan oleh Allah karena manusia tadi mempunyai sifat Qudrat. Jadi semua tadi tinggal menggunakan Qudrat tadi. Qudrat Allah yang diciptakan semua sempurna dan mempunyai daya sendiri.
8. IRODAT (Kemauan/kehendak), jadi kehendak itu yang menguasai gerak, sifat Irodatnya diam (tidak bergerak), Irodatnya Allah yang melebihi (tidak wajar), umpama bayi kembar siam, bayi berkepala duapun di ciptakan.
9. ILMU (ilmu), manusia mempunyai pengetahuan karena mempunyai ilmu, dari sifat Allah Ilmu, manusia bisa membaca, menulis karena terbuka hatinya baru menulis karena terbuka hatinya baru mempunyai ilmu pengetahuan. Menuntut ilmu bisa terlaksana sempurna jika terbuka hatinya (Kijabnya), benar Firman Allah Qur’an surat An-Nissa : 126 :
“Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu.”
Begitupun orang yang tidak tau apa itu, bukan karena bodoh, tetapi karena memang masih belum terbuka hatinya (terbuka kijabnya). Terbukanya hati terhadap orang-orang jaman dahulu terjadinya para wali Allah. Ilmuwan/sarjana, Pujangga, yang terbuka hatinya menuju kepada ilmunya Allah yang sejati. Dan ilmu lainnya hanya untuk bermasyarakat, itu setiap orang bisa belajar (mempelajari).
10. HAYAT (hidup), yang dibilang hidup ialah makhluk yang bergerak karena memiliki sifat ke-10 (HAYAT) dan sifat mokal (sebaliknya, Mati), manusia hidup lebih sempurna sifat hidupnya dari pada makhluk lain. Manusia sifat Hayat lebih sempurna dari zat-zat hewan dan tumbuh-tumbuhan, sebab manusia apa saja yang dikehendaki mesti tercapai walaupun perlahan (tidak merasakan) walaupun sifatnya gaib, sperma, basil, molekul-molekul yang tidak nampak, tetapi bisa dilihat dengan alat mikroskop maka terlihat bergerak-gerak. Itulah tanda bahwa DAT wajib adanya, sebab sifat Hayat meliputi Jagad Raya, dimana saja sifat Hayat tadi memberi daya. Intisarinya hidup itu bukan Allah, tetapi sifatnya mendayai (memberi daya) apa saja yang nampak dan tidak nampak (gaib). Gundik (jawa) Raja rayap itu dibungkus rapat dengan tanah liat sehingga tidak ada udara tetapi Raja Rayap tadi bisa hidup dan bertelur. Itu membuktikan sifat 20 meliputi seluruh keadaan, jadi hidup itu dimiliki semua makhluk, beda dengan manusia sifat hayat itu sempurna karena memilki sifat 20 yang lengkap sehingga bisa meneliti sifat-sifat Allah;
a. Tumbuh-tumbuhan hidup tetapi mempunyai sifat 20
b. Hewan hidup tetapi hanya memiliki sebagahagian sifat 20.
11. SAMAK (mendengar), memilki alat telinga mokalnya (jawa)/ sebaliknya tuli. Wirid Hidayat Jati yang asli halaman 12 baris kedua dari atas; DAT Allah Yang Maha Suci itu kalau melihat memakai mata kita, kalau mendengar melalui telinga kita, DAT ke-11 itu salah satu sifat Allah, walaupun punya telinga bila tidak dialiri sifat ke-11 (Samak) hanya telinga-telingaan. Pokok kata Dat sama walaupun tidak memakai telinga tetap mendengar, karena Allah yang memilki, manusia hanya memakai. Selanjutnya Datnya manusia adalah sifatnya Allah. Sebelum ada DAT tidak bisa mengetahui sifat (tidak ada), karena DAT Allah itu berada pada manusia dan manusia itu luhur (sempurna) karena itu hanya manusia yang memiliki sifat 20.
12. BASHAR (melihat), terhadap manusia dan hewan bekerjanya melalui mata, bukan berarti Allah melihat melalui manusia dan hewan, Allah itu melihat melalui mata kita kenapa kita tidak bisa melihat sebelum terjadi, sebab Allah melihat apa yang akan terjadi. Jadi pertanyaan salah menelaah tetapi benar, sebab terhadap umum (pendapat) pasti melihat itu karena mata yang melihat, sebab setiap melakukan pekerjaan selalu nampak jadi dinamakan Bashar. Jadi mata yang terang jika tidak dialiri sifat Allah yang namanya Bashar tentu tudak bisa melihat (buta), sifat mokal namanya. Bagaimana ukuran bagi Allah tentang sifat Bashar itu artinya Allah melihat tidak memakai mata karena Dat/sifat Bashar tadi memang sudah mempunyai daya sendiri, contoh orang tidur; mata tidak bisa melihat (bekerja) kenapa bisa melihat yang belum pernah dilihat atau mimpi (diwaktu mimpi). Jadi Dat yang memiliki sifat Bashar itu sebenarnya bekerja sendiri (Makarti dalam bahasa jawa). Dat yang bisa mengetahui tadi bisa dimiliki semua orang aktif (hidup), bekerjanya (Makartinya) tidak memerlukan pelajaran dan belajar, sebab anak-anak, orang dewasa selalu melihat yang belum pernah dilihat, sebab itu terjadinya bagi orang yang sempurna, orang bisaa bisanya melihat dengan tidak sengaja menurut kehendak Yang Maha Kuasa (Dat Bashar), sebab itu Dat Bashar itu salah satunya sifat Allah, lalu disebut Allah Yang Maha Melihat.
13. QALAM (berbicara), bicaranya Allah itu menurut sifatnya manusia bicara, burung berkicau dan lain-lain. Sifat-sifat yang baru dan semua isi Jagad Raya yang baru kehendaknya (Allah) atau sifat Allah yang dimiliki para Nabi, Wali dan Rasul-rasul Allah, yang maknanya menuju kebenaran, seperti kitab Al-Qur’an yang mengatakan Allah itu Rasullullah (Nabi Muhammad). Ukuran manusia sifat mokalnya / sebaliknya yaitu bisu, Sabda Allah menuju kebenaran. Orang yang bisa menunjukkan kesalahan menuju kebenaran adalah orang yang sudah memiliki sifat Qalam, umpama para Rasul, contoh manusia bergaul selalu salah menyalakan, Rasul lalu meluruskan (para Nabi), karena Rasul membawa Firman Allah, contohnya sifat ke-2 Qidam; dulu tidak ada yang mendahului, sifat ke-4 Muhalafah Lil Hawadis (sifat baharu/barang baru). Kata-kata yang benar itu tidak ada yang mendahului, artinya tidak ada ulur tarik dan tidak ada sifat mokal (saleh). Al-Qur’an itu semua tujuannya tdak ada yang berlawanan, terhadap perkataan yang dimiliki manusia, Wali, Mukmin yang telah sempurna, yang dibicarakan hanya perihal tentang Allah, perkataannya pasti benar, karena itu satu orang tidak sama oleh karena membuktikan, mereka mendapat Wahyu allah (sifat Qidam). Dan perkataan Allah beda dengan yang baru hanya terdapat pada manusia sendiri, artinya manusia berbicara berbeda dengan makhluk lain. Makhluk-makhluk yang memiliki sifat Qalam tidak hanya yang bisa bicara, tetapi semua bisaa bersuara karena dialiri oleh sifat Qalam.
14. QADIRAN (Yang Berkuasa), yang kuasa itu menurut ukuran manusia, umpama sudah mempunyai sifat Qudrat, karena memiliki sifat tadi, manusia bisa mengerjakan perintahnya, contoh mata; kalau tidur terpejam lalu bangun terbelalak-belalak, karena manusia mempunyai sifat Qadiran; bisa mejamkan mata dan membuka mata. Kuasanya manusia semua alat badan sebenarnya tidak tetap konsisten (tetap), tetapi berubah-ubah sebab manusia tidak bisa memerintah kodratnya mata, sewaktu mata tidak mengantuk; manusia tidak bisa membuka mata sampai lama dan pasti terasa pedih, memejamkan mata terus-menerus (lama) pasti tidak tahan karena tidak merasa mengantukl, jelas sifat Qadiran itu manusia bisa menundukkan alat tubuh jika tidak berlawanan demgan sipat kuasanya (kodratnya).
Keterangannya sipat Qadiran itu menyebabkan manusia bisa memerintah alat-alatnya karena alat sudah tercetak ucap kerja sama (constant) tidak pernah diperintah jadi yang bisa di perintah itu hanya alat-alat yang bekerja menurut kodratnya, karena manusia bisa merintahnya, itu karena memiliki sifat Qadiran. Yang lebih tinggi tingkatannya yaitu sifat Qodrat, sebab sifat Qodrat itu yang memiliki dan sifat Qadiran yang diberi.
15. MURIDAN (yang berkehendak), sifat itu terdapat (dimiliki) oleh manusia, artinya sesudah manusia memiliki sifat Irodat, Karena diberi sifat tadi (Irodat) manusia lalu disebut memilki sifat Irodat, contoh anak menulis itu mempunyai (mengerjakan), menulis itu pekerjaan (sifat). Untuk ukuran manusia sifat Muridan tadi terbukti rasa kemauan gerak, sebab dari gerak kemauan sebenarnya mannusia mempunyai sifat Irodat (kehendak), jadi bisa bicara karena mempunyai sifat Irodat, sifat Irodat bentuknya menjadi sifat sebagai yang memiliki (manusia).
Keterangan: diatas itu termasuk sifat-sifat ke-16, 17, 18, 19 dan 20, dan keterangan yang terakhir; sifat-sifat ke-1 sampai ke-20 sebenarnya hanya salah satu sifatnya Allah sendiri dan manusia seharusnya berterima kasih kepada Yang Maha Suci Allah, karena diciptakan memiliki sifat-sifat-Nya yang lengkap, begitu juga sifat Allah sendiri sifat 20+20+1; 20 Wajib + 20 Mokal (sebaliknya) + 1 Adil. Menurut para ahli, sifat-sifat yang dimiliki manusia itu disebut INGSUN (jawa), Purusha (Sansekerta), IKHEID (Belanda), Rabbi/Illahi (Arab), Pangeran/Gusti (jawa), Tuhanku (Indonesia).
Sumber buku Wedaran Wirid I, Ki R.S. Yoedi Parto Yoewono. Surabaja : Djojobojo, 1962-64.

Minggu, 10 Juni 2012

RAHASIA SEJATINYA SABDO PALON

SIAPAKAH SABDO PALON …?
SIAPAKAH NOYO GENGGONG …?

(Benang Merah Sabdo Palon, Uga Wangsit Siliwangi, Ramalan Joyoboyo, Kalki Avatar, Imam Mahdi dan cerita-cerita tentang Akhir Jaman)

Untuk Mengetahui Sabdo Palon sejenak Kita akan membahas Grojogan Sewu terlebih dahulu.Grojogan Sewu yang selama ini terkenal sebagai salah satu air terjun yang indah di Kecamatan Tawang Mangu Solo-Jawa tengah ternyata juga menjadi nama salah tokoh namanya Grojogan Sewu (Nama gelar) karena memang tempat itu menjadi lokasi Tapa Bratanya dalam rangka mencapai Ilmu Kesempurnaan.Grojogan Sewu adalah seorang sais dokar, kisah awal nya di mulai ketika beliau berkenalan dengang seorang pengembara bernama Rangga Seta yang menumpangi dokarnya. Melihat pengembara itu menggunakan pakaian jubah & sorban dikepala yang berbeda dengan adat Jawa maka beliau bertanya kepada pengembara itu.Dari mana anda berasal? Rangga Seta tidak menjawab dari mana ia berasal tetapi menjawab pertanyaan tersebut dengan “Saya Saudara Kamu, karena semua manusia bersaudara anak keturunan Adam”. Mendengar jawaban tersebut Grojogan Sewu tersentuh karena orang yang baru dikenalnya menganggap saudara sekaligus penasaran dan kembali bertanya Siapa Adam? Adam adalah Nenek Moyang Saya, Anda Dan semua Manusia. Mendengar jawaban seperti itu Grojogan Sewu semakin tertarik lebih Jauh dan meminta Rangga Seta untuk bersedia mengajarkan Ilmu Pengetahuan Kepadanya. Rangga Seta balik bertanya kepada Grojogan Sewu mengapa anda Ingin Belajar? karena saya ingin cerdas ingin pandai jawab Grojogan Sewu. Memang manusia harus pandai harus mau berpikir karena itu perintah Ilahi tegas Rangga Seta. Melihat niat belajar dan sikap yang theacible Dan memang Bakat kecerdasan Dari Grojogan Sewu maka Rangga Seta pun bersedia mengajarkan kepada Grojogan Sewu.Proses belajar pun di mulai dengan materi Aji Kalimasada, karena memang bakat kecerdasan dan niat yang bersungguh-sungguh maka proses belajar Grojogan Sewu pun berjalan dengan cepat. Pada Saat pelajaran ujian terakhir Grojogan Sewu di perintahkan untuk semedi di suatu tempat oleh Rangga Seta. Grojogan Sewu bertanya di manakah tempat semedi itu? Kemudian Rangga Seta mengarahkan tangannya menunjuk kesuatu tempat maka terlihat lah air terjun dari kejauhan, bersemedilah kamu disana, di balik air terjun itu ada Goa Dan Goa itulah tempatnya. Mendengar perintah dari Rangga Seta lalu Grojogan Sewu pun menyanggupinya. Perintah semedi ini sekaligus perpisahan antara Grojogan Sewu dengan Rangga Seta. Pada Saat itu Rangga Seta mengatakan suatu saat kita akan bertemu lagi dan beliau berpesan Jadilah Insan yang bermanfaat Dan tegakkan lah keadilan.Setelah perpisahan tersebut Grojogan Sewu kembali menoleh kearah dimana letak air terjun itu, Namun air terjun itu tidak terlihat Dan Grojogan Sewu akhirnya menelusuri kearah yang tadi di tunjukkan oleh Sang Guru.Proses pencarian lokasi semedi yang dilakukan Grojogan Sewu ini sama halnya dengan Prabu Kian Santang ketika diperintahkan oleh Syaidina Ali untuk mencari sebuah bukit yang akhirnya Tiba di wilayah Godog Garut.Setelah semedi Grojogan Sewu selesai maka paripurna lah Aji Kalimasadanya.Selain berguru kepada Rangga Seta, Grojogan Sewu pun belajar kepada Semar Badranaya dan dari Semar Badranaya inilah beliau di berikan Cemeti Amarasuli yang bentuknya seperti gagang tongkat kurang lebih panjangnya 30 cm, jika senjata ini di gunakan maka akan terlihat cahaya atau menyala seperti pedang maupun cemeti (persis seperti pedang langit di Film mandarin Tio Buki yang diperankan oleh Jet Lee atau Pedang pada Gambar Kalki Avatar)

LALU SIAPAKAH GROJOGAN SEWU…?
Grojogan Sewu adalah pembimbing raja_raja nusantara dan para wali karena beliau diberikan semacam wewenang/mandat Dari Semar Badranaya untuk mengajarkan Hikmah Dan Ilmu Kesempurnaan kepada para raja-raja & para wali di nusantara bahkan sampai masa sekarang ini.Siapakah yang pernah belajar kepada beliau? Hampir semua raja-raja nusantara di bimbing oleh beliau, dan salah satunya adalah Raja Brawijaya yang menghilang di Puncak Gng Lawu dan Prabu Siliwangi Raja Pajajaran.Nah dari sinilah tampak benang merah mengapa kisah Sabdo Palon Dan juga Wangsit Siliwangi seperti pinang dibelah dunia, ibarat kunci dengan gembok nya.Apa hubungan nya Grojogan Sewu dengan Sabdo Palon?

GROJOGAN SEWU = SABDO PALON = NOYO GENGGONG
Grojogan Sewu adalah gelar seorang insan yang mampu mengajarkan Ilmu, mengucurkan ilmu, laksana air yang mengucur, Grojogan Sewu =  Seorang yang mengucurkan ilmu atau orang berilmu (menguasai ajaran/mumpuni) sehingga dia mendapatkan mandat/wewenang untuk mendidik para raja nusantara maupun para wali.Setiap ucapan Grojogan Sewu atau ketika Dia menyurahkan ilmu para muridnya, ucapan Grojogan Sewu itu di sebut Sabdo.Ucapan Grojogan Sewu = Sabdo.Lalu Palon nya apa? Palon artinya Filosopi (mengandung hikmah yang dalam) bahasanya super banget lah kalo kata MT (Mario Teguh).

Jadi pada saat Grojogan Sewu memberikan materi/pengajaran atau segala ucapan/sabdo yang mengandung hikmah yang amat dalam, para raja nusantara maupun para wali menjulukinya ucapan Grojogan Sewu ini dengan Sabdo Palon. Ucapan yang keluar Dari Grojogan Sewu adalah Sabdo Palon (Sabda yang mengandung hikmah) Ucapan Grojogan Sewu = Sabdo Palon Nah sekarang tinggal Noyo Genggong nya. Setiap Grojogan Sewu mengeluarkan sabda-sabdanya di hadapan raja-raja nusantara itu dilantunkan seperti tembang atau syair yang merdu, ada intonasinya dan di iringi oleh gerakan tubuh maupun tangannya (Gaya mengajar). Jadi nuansa pengajarannya itu enak di dengar dan dilihat.Jadi Noyo Genggong itu gaya mengajarnya Grojogan Sewu ketika mengucapkan sabdanya seperti melantunkan tembang dan di iringi gerakan anggota tubuh. Kurang lebih seperti gaya Konghucu ketika memberikan pengajaran.Jadi kurang lebih ringkasannya seperti ini :

Grojogan Sewu = Orang yang menguasai/memiliki ilmu/berpandangan luas/bijak, memeiliki Kunci Ilmu Dan mampu mencurahkan ilmu (Predikat Guru Besar/Syaidina Syech/Tuan Guru/Para Hyang).
Sabdo Palon = Ucapan/sabda yang penuh hikmah dari Grojogan Sewu.
Noyo Genggong = Gaya mengajar Grojogan Sewu. selain subtansi materi yang di sampaikan penuh hikmah (Sabdo Palon) penyampaian ya pun enak di dengar dan mudah di pamahi karena dikemas seperti tembang dan diringi penguatan oleh gerakan2 anggota tubuh.

Sabdo Palon + Noyo Genggong = Grojogan Sewu. Grojogan Sewu mempunyai Senjata Cemeti Amarasuli seperti yang Saya jelaskan di awal Dari Semar Badranaya. Grojogan Sewu juga memiliki Aji Kalimasada Dari Rangga Seta.Grojogan Sewu juga mengajarkan ilmu2 nya atau membimbing Raja Brawijaya yang menghilang di Gunung Lawu, beliau juga mengajarkan kepada Prabu Siliwangi yang membuat Wangsit Dan Prabu Siliwangi pun menghilang seperti Raja Brawijaya.

Grojogan Sewu = Guru dari Raja Brawijaya
Grojogan Sewu = Guru dari Prabu Siliwangi
Kedua Raja tersebut di bimbing oleh Grojogan Sewu, kedua raja tersebut meninggalkan Cerita atau kisah kepada generasi yang akan datang (akhir jaman) dan pesannya pun sama.

Nah sekarang Siapakah Sejatinya Rangga Seta…?
Siapakah Sejatinya Semar Badranaya…?
Untuk mengetahui benang merah antara Hadist tentang  Imam Mahdi, Cerita Uga Wangsit Siliwangi, Sabdo Palon, Jongko Joyoboyo, Kalki Avatar. Saya mencoba untuk membuat Silsilah ilmu terlebih dahulu dan kata kunci dari semua ciri dari cerita-cerita tersebut.

Silsilah Ilmu dan Kata Kunci.
Rangga Seta = Guru  dari Syech Grojogan Sewu. Syech Grojogan Sewu = Guru dari Raja Brawijaya Majapahit dan Prabu Siliwangi Pajajaran Raja Brawijaya = Menghilang di Gunung Lawu. Prabu Siliwangi = Menghilang di bagian Selatan Pajajaran. Lalakon Raja Brawijaya = Meninggalkan Cerita tentang Sabdo Palon.  Lalakon Prabu Siliwangi = Meninggalkan Cerita Uga Wangsit Siliwangi. Cerita Sabdo Palon = Kelak dia (Syech Grojogan Sewu/Sabdo Palon Noyo Genggong) akan kembali mengasuh Pemimpin Nusantara. Cerita Uga Wangsit Siliwangi = Temui Ki Santang karena kelak dari keturunan-keturunan yang pergi ke barat lah yang akan mengingatkan saudara-saudara sedaerah dan yang sependirian. Lalakon Brawijaya mempunyai tokoh kunci yaitu Sabdo Palon Naya Genggong (Syech Grojogan Sewu). Lalakon Prabu Siliwangi mempunyai tokoh kunci Ki Santang (Syech Sunan Rohmat Suci Prabu Kian Santang). Tokoh Kunci 1 Syech Gojogan Sewu/Sabdo Palon Noyo Genggong Belajar kepada Rannga Seta Dan di perintahkan mencari Goa di belakang Air Terjun untuk bersemedhi yang kelak air terjun itu bernama Grojogan Sewu. Tokoh Kunci 2 Ki Santang (Syech Sunan Rohmat Suci Prabu Kian Santang) belajar kepada Syaidina Ali Bin Abi Thalib Dan di perintahkan untuk mencari tempat untuk berdzikir yang akhirnya Ki Santang menemukan Sebuah bukit yang di daerah Garut dan di beri Nama Bukit Godog Suci. Godog berarti Proses pematangan ilmu, Godog Ilmu/mengasah Ilmu, sedangkan Suci di Nisbatkan kepada Nama Ki Santang sendiri (Syech Sunan Rohmat Suci Prabu Kian Santang) Tokoh 1 Grojogan Sewu merujuk ke Rangga Seta. Tokoh 2 Ki Santang merujuk ke Syaidina Ali Bin Abi Thalib. Majapahit ada Syech Grojogan Sewu. Pajajaran ada Syech Sunan Rohmat Suci Prabu Kian Santang. Rangga Seta belajar kepada Semar Badranaya. Syaidina Ali belajar kepada Nabi Khidir Alaihi Salam Abi Abas Balya Bin Malkan Semar Badranaya = selalu ada di setiap Jaman sampai saat ini, mengasuh, kalimat menitis itu bukan sukma yang menitis tapi ilmu, membimbing Dan ilmunya yang diturunkan atau di titiskan. Nabi Khidir Alaihi Salam Abi Abas Balya Bin Malkan = selalu ada di setiap jaman, mengasuh, membimbing sama seperti Semar Badranaya.

SABDO PALON BUKAN SEMAR
Penjabaran dari kata kunci di atas.Kisah Sabdo Palon & Uga Wangsit Siliwangi tentang Pemimpin Nusantara di Akhir Jaman adalah Ciri dari Waskita nya Raja Brawijaya dan Prabu Siliwangi. Ke waskitaan tersebut di Ajarkan oleh Syech Grojogan Sewu. Syech Grojogan Sewu di ajarkan oleh Rangga Seta. Rangga Seta di Ajarkan oleh Semar Badranaya. Cerita Sabdo Palon dan Uga Wangsit Siliwangi adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Satu naskah skenario dengan sumber yang sama walaupun dari tempat yang berbeda yaitu Majapahit dan Pajajaran. Kedua kisah itu bak gayung bersambut, seperti Madu dengan Manisnya, seperti kata pepatah “asam di gunung garam di laut akhirnya bertemu juga” yang berujung kepada dua tokoh Rangga Seta dan Semar Badranaya.

Siapakah Rangga Seta yang memiliki Kuda Putih Dan Pedang Itu…?
Siapakah Semar Badranaya…?
Rangga Seta = Syaidina Ali Bin Abi Thalib
Semar Badranaya = Nabi Khidir Alaihi Salam Abi Abas Balya Bin Malkan
Rangga Seta yang mengajarkan kepada Syech Grojogan Sewu sejatinya adalah Syaidina Ali Bin Abi Thalib.
Mengapa Prabu Siliwangi memerintahkan para pengikutnya yang pergi ke Barat untuk menemui Ki Santang, padahal konon katanya hilangnya Prabu Siliwangi karena terdesak oleh Ki Santang. Kenapa di kejar-kejar oleh Ki Santang tapi malah memerintahkan para pengikutnya yang pergi ke barat untuk menemui Ki Santang…?? tidak masuk akal bukan…??. Prabu Siliwangi memerintahkan kepada pengikutnya yang pergi kebarat untuk menemui Ki Santang seperti petikan uga berikut ini “Kalian yang di sebelah barat! Carilah oleh kalian Ki Santang..! Sebab nanti, keturunan kalian yang akan mengingatkan saudara kalian dan orang lain. Ke saudara sedaerah, ke saudara yang datang sependirian dan semua yang baik hatinya”…

Prabu Siliwangi di bimbing oleh Syech Grojogan Sewu/Sabdo Palon/Noyo Genggong dan Syech Grojogan Sewu di didik oleh Rangga Seta/Syaidina Ali.Prabu Santang juga di didik oleh Syaidina Ali/Rangga seta di tanah arab. Prabu Siliwangi dan Prabu Kian Santang satu silsilah ilmu, hanya bedanya Prabu Siliwangi belajar melalui Syech Grojogan Sewu sedangkan Prabu Kian Santang belajar langsung ke Syaidina Ali. untuk itu mengapa Prabu Siliwangi memerintahkan kepada pengikutnya yang pergi kebarat untuk menemui Ki Santang. Kalau kata pepatah “Saguru Saelmu Ulah Nganganggu” apalagi beliau anak dan ayah mana mungkin berseteru, sudah se-ilmu, seguru, sekeluarga. Benarlah menurut Prabu Siliwangi dalam petikan uga nya “Suatu saat nanti keturunan kita akan ada yang sadar, tapi sadar seperti terbangun dari mimpi. Dari yang hilang dulu semakin banyak yang terbongkar….” Rangga Seta (Syaidina Ali) 7 kali mengelilingi Dunia, karena hasrat belajarnya yang tinggi. Sahabat sekaligus saudara dari Muhammad SAW ini merantau ke nusantara karena beliaupun mengikuti Jejak Gurunya Semar Badranaya. Di Nusantara selain mengajarkan kepada Grojogan Sewu dia pun belajar tentang pengobatan herbal karena di Nusantara kaya akan tumbuhan obat dan melengkapi hasil belajarnya Rangga Seta/ Syaidina Ali di China yaitu metode totok belajar di China. ke nusantara rangkaian “tuntutlah Ilmu ke negeri china”, di China belajar Ilmu Totok (mirip akupuntur) di Nusantara belajar ramuan herbal.

Bukankah Ramalan Agung abad 21 mengatakan Nanti pengobatan Akan kembali Ke alam Dan Spiritual…?
Siapakan yang membawanya...? Dialah Budak Angon dan Pemuda Berjanggut yang di asuh oleh Syech Grojogan Sewu/Sabdo Palon/Noyo Genggong dan Ki Santang (Syech Sunan Rohmat Suci Prabu Kian Santang) dan di belakangnya di dampingi oleh Rangga Seta/Syaidina Ali Bin Abi Thalib Pemilik Kuda Putih Dan Pedang (Simbol Kalki Avatar) Serta di dampingi Guru Besar Semar Badranaya/Nabiyullah Khidir Alaihi Salam Abi Abas Balya Bin Malkan (Guru Para Nabi).

Budak Angon Dan Pemuda Berjanggut adalah ujung dari semua kisah tentang akhir jaman di Nusantara ini, dialah tokoh kembar di akhir Jaman Laksana Nabi Musa Dan Nabi Harun. Siapakah yang mengajarkan Musa Dan Harun? Nabiyullah Khidir Bukan…?

Hubungan Uga Wangsit Siliwangi, Kisah Sabdo Palon, Avatar dan Hadist Rosulullah Muhammad SAW.
Budak Angon Dan Pemuda Berjanggut menguasai 4 unsur (Api, Angin, Air dan Tanah) karena hakikatnya semua penciptaan itu berasal dari 4 unsur. Mengapa dia dapat menguasai 4 unsur itu? Karena ia lah Pancernya, menemukan sejati dirinya. Hakikatnya Api adalah Cahaya Merah, Angin adalah Cahaya Kuning, Air adalah Cahaya Putih, Tanah adalah Cahaya Hitam. Merah hakikatnya Syaidina Abu Bakar, Kuning adalah Syaidina Umar, Putih adalah Syaidina Usman Dan Hitam adalah Syaidina Ali.

Hadist Tentang Akhir Zaman Menuju Kebangkitan Indonesia.
Sabda Nabi SAW.
“Akan datang Dari Sulbi ini (Syaidina Ali Bin Abi Thalib) seorang Pemuda yang kan memenuhi bumi ini dengan keadilan. Maka apabila kamu meyakini yang demikian itu, hendaklah kamu turut menyertai Pemuda Dari Bani Tamim itu. Sesungguhnya Dia datang Dari sebelah Timur Dan dialah pemegang panji-panji Al-Mahdi”. (At-Tabrani). “Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. dia berkata, ketika kami berada di sisi Rasulullah SAW tiba-tiba datang sekelompok anak-anak muda dari kalangan Bani Hasyim. Apabila terlihat akan mereka, maka kedua mata Rasulullah SAW berlinang air mata dan wajah beliau berubah. Aku pun bertanya, “Mengapakah kami melihat pada wajahmu sesuatu yang tidak kami sukai?” Beliau menjawab, “Kami ahlul bait telah Allah SWT pilih untuk kami akhirat lebih utama dari dunia. Kaum kerabatku akan menerima bencana dan penyingkiran sepeninggalku kelak sampai datangnya suatu kaum dari sebelah Timur yang membawa bersama mereka panji-panji berwarna hitam. Mereka meminta kebaikan tetapi tidak diberikannya. Maka mereka pun berjuang dan memperoleh kemenangan lalu diberikanlah apa yang mereka minta itu, tetapi mereka tidak menerimanya, hingga mereka menyerahkannya kepada seorang lelaki dari kaum kerabatku yang memenuhi bumi dengan keadilan. Sebagaimana bumi dipenuhi dengan kedurjanaan. Siapa diantara kamu yang sempat menemuinya maka datangilah mereka walaupun merangkak di atas salju. Sesungguhnya dia adalah Al Mahdi.” (riwayat Abu Daud, Al Hakim At Tarmidzi, Ibnu Majjah, lbnu Hibban, Abu Nu’aim, lbnu ‘Asakir, Ibnu‘Adli, Adh Dhahabi, Abu Asy Syeikh).

Panji-Panji Hitam dari Timur bukan Bendera yang di sablon yang beredar seperti saat ini, panji Hitam itu menjelaskan satu kaum yang belajar kepada Syaidina Ali bin Abi Thalib, yang di sebarkan oleh Budak Angon Dan Pemuda Berjanggut. Karena hakikat warna Hitam adalah Syaidina Ali, Hitam juga hakikat bumi, Budak Angon dan Pemuda Berjanggut adalah Pancer Bumi, Khalifah fil Ardhi. Mengapa Rasuullah mengatakan Sulbi nya Ali Bin Abi Thalib…? kenapa tidak yang lain...? Mengapa Uga Wangsit Siliwangi mengatakan temui Ki Santang kepada para pengikutnya yang pergi ke barat..? Mengapa Prabus Siliwangi tidak mengatakan kepada yang pergi ke barat untuk menemui anak-anak nya yang lain selain Ki Santang…? Itulah yang saya uraikan sebelumnya, Uga Wangsit Siliwangi, Kisah Sabdo Palon dan Hadist Rosululloh adalah satu kesatuan Skenario Jagat. Kisah ini bukan rekayasa, di luar jangkauan karangan manusia, karena kisah ini terjadi dalam ruang dan waktu yang berbeda. Inilah bukti kekuasaan Tuhan YME, bahwa Tuhan ingin menegaskan bahwa Ratu Adil ini dari Nusantara untuk Dunia.


Kembali Ke kekuatan 4 Unsur (Api, Angin, Air dan Tanah) yang katanya jurus Kalki Avatar.
Hakikat Cahaya Merah = Unsur Api = Syaidina Abu Bakar = Huruf Alif
Hakikat Cahaya Kuning = Unsur Angin = Syaidina Umar = Huruf Lam Awal
Hakikat Cahaya Putih = Unsur Air = Syaidina Usman = Huruf Lam Akhir Hakikat Cahaya Hitam = Unsur Tanah = Syaidina Ali = Huruf Ha
Dari mana asal dari cahaya 4 rupa itu…?
Dari Johar Awal inilah bibit semua ciptaan/materi termasuk Ruang Dan Waktu. Tasjid yang menjadi Pancernya.
Menguasainya Budak Angon Dan Pemuda Berjanggut kepada 4 unsur tadi karena beliau sudah menemukan Tasjid Muhammad (Sajatining Syahadat) di dalam dirinya, Mengenal dirinya Mengenal Tuhan-Nya. Ma’rifat, Mengetahui awal dan akhir, mulih ka jati pulang ka awal. Budak Angon dan Pemuda Berjanggut sudah menjadi pancer/pusat, tidak TERBATAS ruang dan waktu, apa yang ingin terkabul,

Hadits:
Dari Abdullah, Nabi S.A.W bersabda:
“Jika umur dunia tinggal sehari saja niscaya ALLAH SWT akan memanjangkan hari itu hingga bangkit padanya seorang lelaki dari keturunanku atau dari kaum keluargaku, yang namanya seperti namaku dan nama bapaknya menyerupai nama bapakku, dia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kesaksamaan sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi dengan kezaliman dan kekejaman”. (Hadits Riwayat Abu Daud dan Tarmizi)

Muhammad = Sifat yang terpuji
Abdullah = Hamba Allah
Singkatnya Budak Angon dan Pemuda berjanggut adalah Insan Kamil orang yang telah mengetahui hakikat dirinya, mengetahui Tasjid di dalam dirinya. Menjadi hamba Allah yang terpuji. Karena sudah mengetahui Sejatinya Syahadat dalam dirinya. Menjadi pancer akan menebarkan rahmat ke delapan arah mata angin.
Bukankah lambang Majapahit siwha di tengah dan ada 8 batu merah delima di kedelapan arah.
sumber gambar : aslimajapahit.blogspot.com
sumber gambar : kaskus.com
sumber gambar : gofurkhan.blogspot.com
Lambang Garuda ditengah dan 8 Bintang di delapan arah. baca Makna Bintang dalam NILAI-NILAI LUHUR NUSANTARA PRIBADI BANGSAKU.
http://satusatukosong.wordpress.com/2012/02/20/pribadi-bangsaku/
Delapan = DALAPAN (Bahasa Sunda)
Berdasarkan filosofi Aksara Jawa

DA» Dumadining dzat kang tanpa winangenan: (menerima hidup apa adanya.)
LA» Lir handaya paseban jati. ( mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi .)
PA» Papan kang tanpa kiblat . (Hakekat Allah yang ada disegala arah.)
NA» Nur candra,gaib candra,warsitaning candara. (pengharapan manusia hanya selalu ke sinar/cahaya Illahi.)

DA = 6, LA = 10, PA = 11, NA = 2 (urutan aksara jawa)
6+10+11+2 = 29, 2+9 = 11, 1+1 = 2

MERAH DELIMA = MARAHA DALAMA
MA» Madep mantep manembah mring Ilahi. (mantap dalam menyembah Ilahi.)
RA» Rasaingsun handulusih. (rasa cinta sejati muncul daricinta kasih nurani.)
HA» Hana hurip wening suci. (adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci)

DA» Dumadining dzat kang tanpa winangenan: (menerima hidup apa adanya.)
LA» Lir handaya paseban jati. ( mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi .)
MA» Madep mantep manembah mring Ilahi. (mantap dalam menyembah Ilahi.)
(MA = 16, RA = 4, HA = 1, DA= 6, LA = 10, MA = 16) (urutan aksara jawa)
16+4+1+6+10+16 = 53, 5+3 = 8

Delapan/DALAPANA = 2
Merah Delima/MARAHA DALAMA = 8

2 = Simbol Dzat & Sifat
8 = Malaikat Penjaga Arsy

Dalam al-Qur’an, angka 8 merupakan jumlah malaikat, force, yang menjunjung ‘Arsy (Kursi, Singgasana), mengatur keseimbangan ‘Arsy, yang bermakna power and authority dominion, baik sebelum maupun saat Kiamat “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka” (al-Haqqah 69 : 17).

Delapan Merah Delima dalam Lambang Majapahit adalah menceritakan bahwa Gambar Shiwa adalah Lambang Pancer dalam diri manusia, sama seperti lambang bintang dalam dada Garuda Pancasila, dalam konsep Sunda adalah INGSUN yang menguasai 4 unsur tadi, merah delima di segala penjuru adalah kemana pun kamu menghadap harus mantap dalam menyembah ilahi (Madep mantep manembah mring Ilahi).

Pesan tersirat lambang delapan merah delima dimana Gambar Shiwa sebagai pusat ya menandakan mengenal Tuhan bisa Perjalanan Ke dalam (inner journey) atau Perjalanan luar. Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. QS. al-Baqarah 2: 155). Kemanapun kita melihat di situ Ada Tuhan, Ada Dzat Dan Sifat-Nya, kemana pun Kita melihat disitu Ada Arsy-Nya, Ada Singgasana-Nya. Barang Siapa manusia yang mengenal dirinya Dia Akan mengenal  Tuhan-Nya baik Dzat-Nya, Sifat-Nya, Asma-Nya, Af’al-Nya (Ciptaannya/Perbuatannya/Kuasanya)

Budak Angon dan Pemuda Berjanggut sejata sejatinya adalah Aji Kalimasada/Dua Kalimat Syahadat, Senjata yang dapat menghancurkan gunung, yang dapat mensejahterakan ke penjuru alam, yang dapat memuliakan manusia tanpa membeda-bedakan agama, ras, maupun golongan, dua itu yang Menjadikan dirinya di cintai semua orang bahkan seluruh mahluk, karena dua itulah yang menjadikannya welas asih, yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit baik dzohir maupun batin. 2 (Dua) itu ketentuan, saling berpasangan, hukum penciptaan. 2 (Dua) itulah yang di ajarkan oleh Rangga Seta/Syaidina Ali kepada Syech Grojogan Sewu/Sabdo Palon/Noyon Genggong Dan Prabu Kian Santang. 2 itulah yang di ajarkan Semar Badranaya/Nabi Khidir AS.

Kalimat Syahadat adalah Kun Fayakun, Awal dan Akhir Alam semesta, di Buka dengan Syahadat ditutup oleh Syahadat, Kalimat Yang Menjadikan. Itulah Sejatinya Aji Kalimasada, Sakti Mandraguna Tanpa Ajimat, Sabda-nya Sabda mukti (Saucap Nyata Saciduh Metu) apa yang di inginkan terkabul, karena dari Aji Kalimasada itu akan menjadi 2 kembali yaitu Rahman & Rahim (welas asih), Rahman dan Rahiim itulah Given dari Tuhan-Nya. Manusia yang mendapatkan Rohman Dan Rohim Dari Tuhan-Nya lah yang Akan memimpin Dunia ini Dan mewarisinya. Bukan Budak Angon Dan Pemuda Berjanggut yang Merubah Dunia, Tapi Tuhan YME lah yang Menghendakinya, Tuhan YME lah yang telah memilih Budak Angon Dan Pemuda Berjanggut yang memimpinnya. Ini adalah lalakon Jagat, Tuhan lah Maha Sutradaranya. perbedaan adalah ketentuan, karena perbedaan itulah cerita menjadi menarik, perbedaan bukan untuk bermusuhan, perbedaan adalah untuk supaya manusia mengenal Pencipta-Nya. Karena kebenaran adalah Tuhan Yang Memilikinya. Wallahu’alam Bishawab......

Jika didalam Tulisan Ini terdapat kutipan Kitab Suci bukanlah untuk tendensius terhadap keyakinan tertentu, melainkan mencari kesamaan dari semua sejarah yang terekam di Nusantara ini.